KERAJAAN KANJURUHAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Sejarah Kebudayaan 2
Semester 2 Tahun Ajaran 2010/2011
Disusun oleh
Aef dolih 152009013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Jaman
dahulu, ketika Pulau Jawa diperintah oleh raja-raja yang tersebar di
daerah-daerah. Raja Purnawarman memerintah di Kerajaan Tarumanegara; Putri Sima
memerintah di Kerajaan Holing, dan Raja Sanjaya memerintah di Kerajaan Mataram
Kuna. Di Jawa Timur terdapat pula sebuah kerajaan yang aman dan makmur.
Kerajaan itu berada di daerah Malang sekarang, diantara Sungai Brantas dan
Sungai Metro, di dataran yang sekarang bernama Dinoyo, Merjosari, Tlogomas, dan
Ketawanggede Kecamatan Lowokwaru . Kerajaan itu bernama Kanjuruhan, yang
bercorak Hindu.
Bagaimana
Kerajaan Kanjuruhan itu bisa berada dan berdiri di lembah antara Sungai Brantas
dan Sungai Metro di lereng sebelah timur Gunung Kawi, yang jauh dari jalur
perdagangan pantai atau laut? Kita tentunya ingat bahwa pedalaman Pulau Jawa
terkenal dengan daerah agraris, dan di daerah agraris semacam itulah muncul
pusat-pusat aktivitas kelompok masyarakat yang berkembang menjadi pusat
pemerintahan.
Dengan
memahami Sejarah Kerajaan Kanjuruhan nantinya akan membeikan landasan yang kuat
untuk mengenal kerajaan tersebut lebih, termasuk mampu memperkirakan
kecenderungannya untuk masa kini dan masa yang akan akan datang.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
saja sumber sejarah kerajaan Kanjuruhan?
2. Bagaimana
Pemerintahan di Kerajaan Kanjuruhan pada masa Gajayana?
3. Bagaimana Kekuasaan Rakryan Kanuruhan ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang
sumber sejarah kerajaan Kanjuruhan.
2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang
pemerintahan di Kerajaan Kanjuruhan pada masa Gajayana.
3. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang
kekuasaan Rakryan Kanuruhan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sumber Sejarah Kerajaan Kanjuruhan
Kerajaan
Kanjuruhan adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur, yang pusatnya berada di
dekat Kota Malang sekarang. Kanjuruhan diduga telah
berdiri pada abad ke-8 Masehi (masih sezaman dengan Kerajaan Taruma di sekitar Bekasi dan Bogor sekarang). Bukti tertulis mengenai
kerajaan ini adalah Prasasti Dinoyo. Rajanya yang terkenal
adalah Gajayana. Peninggalan lainnya adalah Candi Badut dan Candi Wurung.
Jaman dahulu, ketika Pulau Jawa diperintah oleh raja-raja
yang tersebar di daerah-daerah. Raja Purnawarman memerintah di Kerajaan
Tarumanegara; Putri Sima memerintah di Kerajaan Holing, dan Raja Sanjaya
memerintah di Kerajaan Mataram Kuna. Di Jawa Timur terdapat pula sebuah
kerajaan yang aman dan makmur. Kerajaan itu berada di daerah Malang sekarang,
diantara Sungai Brantas dan Sungai Metro, di dataran yang sekarang bernama
Dinoyo, Merjosari, Tlogomas, dan Ketawanggede Kecamatan Lowokwaru . Kerajaan
itu bernama Kanjuruhan.
Bagaimana Kerajaan Kanjuruhan itu bisa berada dan berdiri di
lembah antara Sungai Brantas dan Sungai Metro di lereng sebelah timur Gunung
Kawi, yang jauh dari jalur perdagangan pantai atau laut? Kita tentunya ingat
bahwa pedalaman Pulau Jawa terkenal dengan daerah agraris, dan di daerah
agraris semacam itulah muncul pusat-pusat aktivitas kelompok masyarakat yang
berkembang menjadi pusat pemerintahan. Rupa-rupanya sejak awal abad masehi,
agama Hindu dan Budha yang menyebar di seluruh kepulauan Indonesia bagian barat
dan tengah, pada sekitar abad ke VI dan VII M sampai pula di daerah pedalaman
Jawa bagian timur, antara lain Malang. Karena Malang-lah kita mendapati
bukti-bukti tertua tentang adanya aktivitas pemerintahan kerajaan yang bercorak
Hindu di Jawa bagian timur.
Bukti itu adalah prasasti Dinoyo yang
ditulis pada tahun 682 saka atau kalau dijadikan tahun masehi ditambah 78
tahun, sehingga bertepatan dengan tahun 760 M. Prasasti dibuat dari batu
bertuliskan huruf kawi, berbahasa Sansekerta dan menyebutkan bahwa pada abad
VIII M, ada kerajaan berpusat di Kanjuruhan. Sekarang disebut Desa Kejuron di
bawah pemerintahan raja Dewa Simha yang berputera seorang laki-laki bernama
Limwa.Limwa mempunyai seorang puteri. Uttejana yang menikah dengan Jananeya.
Limwa menggantikan ayahnya dan berganti nama dengan Gajayana.
Dengan sekalian para pembesar negeri dan
segenap rakyatnya, Raja Gajayana mendirikan tempat suci pemujaan yang sangat
bagus guna memuliakan Resi Agastya. Sang raja juga menyuruh membuat arca sang
Resi Agastya dari batu hitam yang sangat elok, sebagai pengganti arca Resi
Agastya yang dibuat dari kayu. Peresmian arca ini dilakukan dalam tahun 760
itu, dan upacara dilakukan oleh pendeta-pendeta ahli weda. Pada kesempatan itu
sang raja menghadiahkan tanah, lembu, budak laki-laki dan perempuan sebagai
penjaga, juga segala keperluan untuk pendeta, seperti keperluan pemujaan,
penyucian diri dan bangunan tempat peristirahatan para pengunjung.
Candi Badut dibangun pada abad VIII
M, merupakan peninggalan dari masa pemerintahan kerajaan kanjuruhan yang
berpusat di Dinoyo (barat laut malang).
Masa pendirian bangunan dihubungkan dengan Prasasti Dinoyo 760 Masehi (682
Saka). Di dalam candi tersebut tidak terdapat Agastya melainkan sebuah lingga
yang dianggap sebagai lambangnya Prasasti Dinoyo, mengingat adanya perkataan
(putikecwara) dalam Prasasti Dinoyo itu, maka mungkin sekali lingga itu
merupakan lambang Agastya yang memang selalu digambarkan seperti Ciwa dalam
ujudnya sebagai Mahaguru.
B. Masa Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Raja Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan
berkembang pesat, baik pemerintahan, sosial, ekonomi maupun seni budayanya. Dibawah
pemerintahan Raja Gajayana, rakyat merasa aman dan terlindungi. Kekuasaan
kerajaan meliputi daerah lereng timur dan barat Gunung Kawi. Ke utara hingga
pesisir laut Jawa. Keamanan negeri terjamin. Tidak ada peperangan. Jarang
terjadi pencurian dan perampokan, karena raja selalu bertindak tegas sesuai
dengan hukum yang berlaku. Dengan demikian rakyat hidup aman, tenteram, dan
terhindar dari malapetaka. Raja Gajayana hanya mempunyai seorang putri, yang
oleh ayahanda diberi nama Uttejana. Seorang putri kerajaan pewaris tahta
Kerajaan Kanjuruhan. Ketika dewasa, ia dijodohkan dengan seorang pangeran dari
Paradeh bernama Pangeran Jananeya. Akhirnya Pangeran Jananeya bersama
Permaisuri Uttejana, memerintah kerajaan warisan ayahnya ketika sang Raja
Gajayana mangkat. Seperti leluhur-leluhurnya, mereka berdua memerintah dengan
penuh keadilan. Rakyat Kanjuruhan semakin mencintai rajanya Demikianlah, secara
turun-temurun Kerajaan Kanjuruhan diperintah oleh raja-raja keturunan Raja Dewa
Simha. Semua raja itu terkenal akan kebijaksanaannya, keadilan, serta kemurahan
hatinya
Pada sekitar tahun 847 Masehi, Kerajaan Mataram Kuna di Jawa
Tengah diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu. Raja ini
terkenal adil dan bijaksana. Dibawah pemerintahannyalah Kerajaan Mataram
berkembang pesat, kekuasaannya sangat besar. Ia disegani oleh raja-raja lain
diseluruh Pulau Jawa. Keinginan untuk memperluas wilayah Kerajaan Mataram Kuna
selalu terlaksana, baik melalui penaklukan maupun persahabatan. Kerajaan
Mataram Kuna terkenal di seluruh Nusantara, bahkan sampai ke mancanegara.
Wilayahnya luas, kekuasaannya besar, tentaranya kuat, dan penduduknya sangat
banyak.
Perluasan Kerajaan Mataram Kuna itu sampai pula ke Pulau Jawa
bagian timur. Tidak ada bukti atau tanda bahwa terjadi penaklukan dengan
peperangan antara Kerajaan Mataram Kuna dengan Kerajaan Kanjuruhan. Ketika
Kerajaan Mataram Kuna diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah
Balitung, raja Kerajaan Kanjuruhan menyumbangkan sebuah bangunan candi perwara
(pengiring) di komplek Candi Prambanan yang dibangun oleh Sri Maharaja Rakai
Pikatan tahun 856 M (dulu bernama “Siwa Greha”). Candi pengiring (perwara) itu
ditempatkan pada deretan sebelah timur, tepatnya di sudut tenggara. Kegiatan
pembangunan semacam itu merupakan suatu kebiasaan bagi raja-raja daerah kepada
pemerintah pusat. Maksudnya agar hubungan kerajaan pusat dan kerajaan di daerah
selalu terjalin dan bertambah erat. Kerajaan Kanjuruhan saat itu praktis
dibawah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuna. Walaupun demikian Kerajaan Kanjuruhan
tetap memerintah di daerahnya. Hanya setiap tahun harus melapor ke pemerintahan
pusat. Di dalam struktur pemerintahan Kerajaan Mataram Kuna jaman Raja
Balitung, raja Kerajaan Kanjuruhan lebih dikenal dengan sebutan Rakryan
Kanuruhan, artinya “Penguasa daerah” di Kanuruhan. Kanuruhan sendiri
rupa-rupanya perubahan bunyi dari Kanjuruhan. Karena sebagai raja daerah, maka
kekuasaan seorang raja daerah tidak seluas ketika menjadi kerajaan yang berdiri
sendiri seperti ketika didirikan oleh nenek moyangnya dulu. Kekuasaaan raja
daerah di Kanuruhan dapat diketahui waktu itu adalah daerah lereng timur Gunung
Kawi.
C. Kekuasaan
Rakryan Kanuruhan
Daerah kekuasaan Rakryan Kanuruhan watak Kanuruhan. Watak
adalah suatu wilayah yang luas, yang membawahi berpuluh-puluh wanua (desa).
Jadi mungkin daerah watak itu dapat ditentukan hampir sama setingkat kabupaten.
Dengan demikian Watak Kanuruhan membawahi wanua-wanua (desa-desa) yang
terhampar seluas lereng sebelah timur Gunung Kawi sampai lereng barat
Pegunungan Tengger-Semeru ke selatan hingga pantai selatan Pulau Jawa.
Dari sekian data nama-nama desa (wanua) yang berada di
wilayah (watak) Kanuruhan menurut sumber tertulis berupa prasasti yang
ditemukan disekitar Malang
adalah sebagai berikut :
1. daerah
Balingawan (sekarang Desa Mangliawan Kecamatan Pakis),
2. daerah
Turryan (sekarang Desa Turen Kecamatan Turen),
3. daerah
Tugaran (sekarang Dukuh Tegaron Kelurahan Lesanpuro),
4. daerah
Kabalon (sekarang Dukuh Kabalon Cemarakandang),daerah Panawijyan (sekarang
Kelurahan Palowijen Kecamatan Blimbing),
5. daerah
Bunulrejo (yang dulu bukan bernama Desa Bunulrejo pada jaman Kerajaan
Kanuruhan),
6. dan
daerah-daerah di sekitar Malang
barat seperti : Wurandungan (sekarang Dukuh Kelandungan – Landungsari),
Karuman, Merjosari, Dinoyo, Ketawanggede, yang di dalam beberapa prasasti
disebut-sebut sebagai daerah tempat gugusan kahyangan (bangunan candi) di dalam
wilayah/kota Kanuruhan.
Demikianlah
daerah-daerah yang menjadi wilayah kekuasaan Rakryan Kanuruhan. Dapat dikatakan
mulai dari daerah Landungsari (barat), Palowijen (utara), Pakis (timur), Turen
(selatan). Keistimewaan pejabat Rakryan Kanuruhan ini disamping berkuasa di
daerahnya sendiri, juga menduduki jabatan penting dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Kuno sejak jaman Raja Balitung, yaitu sebagai pejabat yang mengurusi
urusan administrasi kerajaan. Begitulah sekilas tentang Rakryan Kanuruhan.
Penguasa di daerah tetapi dapat berperan di dalam struktur pemerintahan kerajaan
pusat, yang tidak pernah dilakukan oleh pejabat (Rakyan) yang lainnya, dalam
sejarah Kerajaan Mataram Kuno di masa lampau.
BAB
III
KESIMPULAN
Kerajaan
Kanjuruhan adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur, yang pusatnya berada di dekat Kota Malang sekarang. Kanjuruhan diduga telah berdiri pada
abad ke-8 Masehi (masih sezaman dengan Kerajaan Taruma di sekitar Bekasi dan Bogor sekarang). Bukti tertulis mengenai
kerajaan ini adalah Prasasti Dinoyo. Rajanya yang terkenal
adalah Gajayana. Peninggalan lainnya adalah Candi Badut dan Candi Wurung.
Pada masa pemerintahan
Raja Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan berkembang pesat, baik pemerintahan, sosial,
ekonomi maupun seni budayanya. Dibawah pemerintahan Raja Gajayana, rakyat
merasa aman dan terlindungi. Pada sekitar tahun 847 Masehi, Kerajaan Mataram
Kuna di Jawa Tengah diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu.
Dibawah pemerintahannyalah Kerajaan Mataram berkembang pesat, kekuasaannya
sangat besar. Perluasan Kerajaan Mataram Kuna itu sampai pula ke Pulau Jawa
bagian timur. Kerajaan Kanjuruhan saat itu praktis dibawah kekuasaan Kerajaan
Mataram Kuna.
Di dalam struktur pemerintahan Kerajaan
Mataram Kuna jaman Raja Balitung, raja Kerajaan Kanjuruhan lebih dikenal dengan
sebutan Rakryan Kanuruhan, artinya “Penguasa daerah” di Kanuruhan. Keistimewaan
pejabat Rakryan Kanuruhan ini disamping berkuasa di daerahnya sendiri, juga
menduduki jabatan penting dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno sejak jaman
Raja Balitung, yaitu sebagai pejabat yang mengurusi urusan administrasi
kerajaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Soekmono,
R. 1984. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid 2 . Yogyakarta:
Kanisius.
Tri
Widiarto dan Ester Arianti. 2007 . Masa Pengaruh Hindu Budha di Indonesia
. Salatiga:
Widya Sari Press.
http://pre-historian.blogspot.com/2011/03/30/kerajaan-kanjuruhan-malang.html,
http://id.wikipedia.org/wiki/30/03/2011/Kerajaan_Kanjuruhan,
Mksh
BalasHapusMksh
BalasHapus