Selasa, 26 Juni 2012

Dalam perkuliahan filsaafat ilmu sejarah Ini adalah isi tugas dari meringkas



Dalam perkuliahan filsaafat ilmu sejarah 
Ini adalah isi tugas dari meringkas


BAB 1
APAKAH ILMU FILSAFAT ITU?
Menurut logatnya perkataan ‘ filsafat’ berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu ‘ falsafah’, dan perkataan falsafah yakni ‘ adalah bentuk Arab dari kata Yunani  yakni’ filosofia. Filosofia  berarti kesukaan akan hikmat dan seorang filsuf (bahasa Yunani : filosofos) ialah orang yang suka akan nikmat. Ada filsuf-filsuf yang mengatakan bahwa filsafat itu harus menyelidiki dan menentukan tujuan terakhir dan makna terdalam dari kenyataan (realitas) dan hidup manusia. Menurut rumusan lain, ilmu filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapatdicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Sering juga istilah filsafat itu dipakai dengan arti yang sama dengan “ideology “ atau Weltanschaung (pandangan dunia).  Ideologi itu dipilih dan dianut berdasarkan suatu keyakinan yang mendahului  segala pemikiran ilmiah. Jadi, jika kita memakai kata filsafat mengenai pandangan duniaatau ideology, sebaiknya kita membedakan filsafat atau ilmu filsafat. Apakah ilmu filsafat itu? Satu hal yang cukup jelas yakni, ilmu filsafat adalah hasil dari suatu pemikiran ilmiah. Dan berilmu filsafat adalah berfikir secara ilmiah. Kita memakai saja suatu definisi yang bersifat sementara. Berfikir adalah membeda-bedakan hal-hal. Satu hal boleh ditambahkan, dalam pemikirannya itu manusia tidak hanya membeda-bedakan hal-hal tetapi ia juga mencari nisbah (relasi) antara hal-hal yang telah dibeda-bedakannya itu.
Perlu dimengerti bahwa berfikir itu bukan satu-satunya jalan untuk mendekati kenyataan yang disekitar kita atau yangdidalam kita. Ada jalan lain, seperti misalnya merasa, menghendaki, bertindak. Jadi berfikir itu tidak boleh dimutlakkan. Apakah sebenarnya perbedaan antara berfikir yang ilmiah dan berfikir tidak ilmiah.
Perbedaan itu dapat disingkat menjadi empat pokok.
1.       Berfikir yang ilmiah atau secara ilmu pengetahuan itu selalu mengkhususkan hal yang dipikirkan. Seorang ahli piker selalu memilih salah satu gejala, atau salah satu kelompok gejala-gejala atau salah satu  lapangan (segi, aspek) dari kenyataan atau salah satu persoalan, kemudian hal yang dipilihnya itu dijadikan sasaran ( bahasa jerman : Gegenstand ) dari pemikirannya.
2.       Mengenai sasaran atau Gegenstand itu ahli piker kemudian mulai bertanya Ahli pikit itu tidak lekas puas. Tiap-tiap jawab menimbulkan pertanyaan-petanyaan bru, tiap-tiap pemecahan menimbulkan persoalan baru, sehingga ilmu pengetahuan itu bertanya terus-menerus.
3.      Dalam merumuskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ahli pikirbselalu harus memakai alas an-alasan.
4.      Berfikir yang ilmiah itu haruslah teratur atau sistematis.
Ilmu filsafat memiliki suatu keistimewaan, karena filsafat tidak menyelidiki salah satu segi dari kenyataan atau salah satu kelompok persoalan-pesoalan yang umum, yang meliputi seluruh kenyataan atau realitas. Ilmu filsafat ialah ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai keseluruhan menjadi sasaran pemikirannya. Jelaslah sudah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu yang tidak sedikit pentingnya. Tugasnya dapat dirumuskan seperti berikut : ilmu filsafat ialah teoretis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan.
BAB 2
 SOAL-SOAL POKOK
Tiga persoalan yang dikatakan  bersifat pokok :                       
1.      Adakah Allah dan siapakahAllah itu ?
2.      Apa dan Siapakah manusia?
3.      Apakah hakekat dari segala realitas (kenyataan), apakah maknanya, apakah inti sarinya ?
Dalam seejarah ilmu filsafat barat zaman baru ( yang mulai dengan aliran Renaissance pada abad ke XV/ke – XVI) kita menjumpai suatu aliran yang cukup tegas pendiriannya mengenai pertanyaan itu. Aliran yang kami maksudkan ialah aliran rasionalisme, yang sangat kuat mulai abad ke- XVII sampai abad yang lalu. Menurut rasionalisme itu akal manusia tidak mempunyai batas-batas, dalam arti bahwa tidak ada persoalan yang tidak dapat diselidiki oleh akal. Rasionalisme itu sangat mempengaruhi perkembangan ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan pada umumnya pada abad-abad yang akhir ini. Pandangan bahwa akal itu otonom dan harus bekerja secara sentral atau tak berprasangka adalah tersebar sekali. Dengan sendirinya, rasionalisme itu membatasi peranan agama.
 Menurut aliran itu akallah yang merupakan keistimewaan dari manusia dan perbedaan antara manusia dan binatang, akallah yang menjadi dasar dari segala kebudayaan, akallah yang menjadi kunci untuk membuka segala rahasia hidup. Jelaslah sudah bahwa ahli piker yang memilih akal sebagai dasar atau azas yang semacam itu, tidak mendasarkan pemilihan itu atas suatu penyelidikan ilmiah. Mereka yakin bahwa akal itu sangat penting. Mereka memakkai keyakinan itu sebagai ititk tolak atau landasan dari seluruh pemikiran mereka.
Menurut aliran rasionalisme pertanyaan tentang manusia dapat dijawab seperti berikut : manusia adalah makhluk yang berakal, akallah yang merupakan perbedaan pokok diantara manusia dan binatang, akallah yang menjadi dasar dari segala kebudayaaan. Dan apakah intisari kenyataan menurut rasionalisme itu ? Kenyataan ialah kenyataan yang akali (rasionil), yang dapat dipahami oleh akal manusia serta dikuasainya. Apa mdan siapakah Allah menurut rasionalisme itu? Allah adalah akal tertinggi, akal ilahi, dan menurut Descartes (1596-1650). Allah menjamin kebenaran akal manusia.
Aliran marxisme (ajaran Karl Marx, 1818-1883). Menurut marxisme itu manusia adalah makhluk yang memakai alat-alat, makhluk yang bekerja, makhluk yang berproduksi, itulah yang merupakan perbedaan pokok antara manusia dan binatang. Seluruh  sejarah umat manusia dipengaruhi, bahkan dientukan oleh perkembangan produksi, seluruh kebudayaan adalah bangunan atas dasar keadaan produksi itu. Secara konsekwen pernyataan tentang Allah dijawab : memang tidak ada Allah, karena yang ada ada hanya materi. Karl Marx tidak dapat membuktikan titik tolaknya secara ilmiah. Tiada buki ilmiah bahwa materi itu kekal atau bahwa keadaan produksi itu menentukan perkembangan sejarah. Pendirian itu merupakan keyakinan Karl Marx, yang dijadikannya landasan pemikirannya.
 Menurut filsafat existensi, perbedaan pokok antara manusia dan binatang ialah bahwa manusia itu merdeka, manusia selalu harus melaksanakan kemerdekaan itu. Dunia dipandang oleh existensialisme sebagai bahan-bahan yang dipekerjakan oleh manusia dalam merealisasikan kemerdekaannya. Menurut J.P. Sartre Allah tidak mungkin ada, karena sekiranya ada, Allah itu meniadakan kemerdekaan manusia. Tetapi menurut K. Jaspers Allah atau Transcendensi itu ada, dan justru dalam pertemuan dengan Transcendensi itu manusia melaksanakan kemerdekaannya. Pendirian-pendirian filsafat  ini mengenai Allah, manusia dan dunia adalah berhubungan satu dengan yang lain. Dari uraian diatas  sudah cukup jelas bahwa keyakinan seorang filsuf mengenai persoalan-persoalan pokok itu dengan sendirinya mempengaruhi seluruh filsafatnya.
Dimanakah objektivitas ilmu pengetahuan? Kata objektivitas dalam hubungan ini dipakai dengan arti : ke-ilmiah-an, kepastian. Dalam ilmu pengetahuan harus dikejar pengetahuan yang seobjektifnya. Namun perlu diinsafi bahwa tidak mungkin tercapai suatu objektivitas yang mutlak. Ynag berfikir ialah manusia, dan manusia  itu tidak dapat melepaskan diri dari keyakinannya tentang soal-soal pokok. Tidak jarang terjadi bahwa suatu aliran filosofis menganggap diri sebagai aliran yang seratus persen ilmiah. Misalnya dari pihak marxisme kita sering mendengar keterangan, bahwa mereka melulu memakai pemikiran-pemikiran yang ilmiah, bahwa sosialisme mereka adalah sosialisme ilmiah, bahwa materialism historis (Karl Marx) adalah satu-satunya cara ilmiah untuk menyelidiki perkembangan masyarakat. Tentu tidak dapat dibantah dalam marxisme terdapat banyak unsur yang ilmiah. Tetapi, titik tolak marxisme itu adalah suatu keyakinan, yang tidak ilmiah, yang tidak ada buktinya.
Sebagai orang Kristen, pengarang berusaha  untuk mendasarkan pemikirannya diatas Injil Kristus. Oleh karena itu pengarang dengan sendirinya memperhatikan hasil-hasil ilmu theologia. Ilmu theologia itu tentu tidak sama dengan Injil, apalagi tidak sama dengan kepercayaan akan Kristus. Dalam ilmu theologia orang memikirkan injil, dan belum tentu pemikiran itu cocok dengan isi Injil.Maka daripada itu seorang filsuf Kristen tidak terikat pada ilmu theologia, tetapi dengan sendirinya ia akan memperhatikan hasil-hasil ilmu theologia itu.
Rumusan singkat seorang Kristen tentang soal-soal pokok, tidak sebagai hasilpemikiran filosofis, melainkan sebagai landasan pemikiran filosofis :
1.       Mngenai pertanyaan: apa dan siapakah Tuhan Allah, Orang Kristen menjawab : Allah adalah khalik langit dan bumi. Lain-lain kenyataan adalah makhluknya. Allah itu Esa, dalam arti bahwa tiada ilah lain kecuali Allah. Jadi kalau ditanya : Allah itu berapa, maka dijawabnya : Allah itu hanya satu. Lain pertanyaan ialah: Allah itu bagaimana? Menurut Injil dalam hakekat Allah yang Esa itu dapat dibedakan tiga cara berada, yang disebut Bapa, Putera atau Kalam, dan Roh Suci. Itu yang dimaksudkan dengan pengakuan bahwa Allah itu tritunggal. Antara Bapa, Putera  dan Roh Suci itu ada kaitan kasih dari kekal sampai kekal. Oleh karena itu boleh dikatakan bahwa Allahadalah kasih.
2.       Menurut Injil, manusia diciptakan oleh Allah segambar dan serupa dengan dia. Itulah keistimewaan manusia, itulah perbedaan terpenting antara manusia dan binatang. Kesegambaran itu berarti bahwa manusia difirmani oleh Allah  dan harus bertanggungjawab, manusia dikasihi oleh Allah dan harus mengasihi Allah dan sesame manusia, sama seperti Allah sendiri kasih adanya.
3.       Menurut Injil manusia telah jatuh kedalam dosa. Manusia terseret dalam suatu pemberontakan terhadap Allah.  Pemberontakan itu merupakan sumber segala kejahatan manusia. Dosa itu radikal, jangan dicari dalam jiwa atau badan, kerohanian atau kejasmanian, tetapi merupakan pemberontakan umat manusia seluruhnya.
4.      Untuk menyelamatkan manusia dari keadaan itu, Allah telah mengutus Jesus Kristus ke dunia ini. Ialah firman Allah atau Putera Allah yang menjadi manusia. Ia menebus dosa kita dan mendirikan kerajaan Allah didunia ini. Jesus Kristus memanggil orang untuk menjadi warga Kerajaan Allah dengan sukarela. Pada akhir zaman Kristus akan menyempurnakan Kerajaan yang telah diletakkannya dasarnya.
5.      Pertanyaan : apakah hakekat segala realitas? Dijawab bedasarkan Injil seperti berikut : kenyataan realitas itu diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang beraneka warna. Seluruh kenyataan itu bersifat chalakiah (makhluk) dan adadibawah hokum. Tidak ada bagian kenyataan yang bersifat mutlak.
Berdasarkan landasan kita itu ada banyak pandangan filosofis yang dengan sendirinya kita tolak. Kita memang tidak menolak fakta-fakta kenyataan. Sebaliknya, kita yakin, bahwa landasan pikiran kita merupakan dasar yang terbaik untuk menyelidiki fakta-fakta kenyataan itu, karena menurut kita rahasia terdalam atau persoalan-persoalan paling pokok tentang kenyataan itu dijawab dalam injil.
Mengingat landasan pemikiran kita, pertama-tama jelaslah kita menolak segala macam pandangan yang mengingkari Allah atau mengaburkan batas antara Allah dan kenyataan (kosmos). Jadi kita menolak atheis (tidak ada Allah), akosmisme (tidak ada kosmos), pantheisme (semuanya serba Allah) dan pankosmisme (semuanya serba kosmos. Yang kedua, kita menolak segala macam dualism, yang membedakan realitas bagian atas yang ilahi dan kekal serta realitas bagian bawah yang duniawi dan fana. Yang ketiga,kita menerima bahwa kenyataan itu takluk di bawah hokum Allah. Kita menolak pendirian bahwa manusia atau akalnya itu otonom¸berarti menentukan hukumnya sendiri. Yaang keempat, menurut kita dosa atau sumber dosa tidak terletak dalam suatu bagian tertentu dari kenyataan. Oleh kejasmanian manusia atau oleh seksualitasnya. Dosa itu berakar dalam hati manusia, dosa itu bersifat radikal. Segala kejahatan jasmaniah, seksual, sosial, politik, ekonomis adalah akibat-akibat dari dosa yang menguasai seluruh hidup manusia. Yang kelima, berhubung dengan pandangan kita tentang dosa itu, kita menolak pendirian bahwa manusia sendiri atas kekuatannya sendiri  dapat membangun suatu masyarakat yang sungguh-sungguh baru. Tetapi dalam tiap-tiapmasyarakat entah bagaimanapun bentuknya factor dosa tetap memainkan peranan. Yang keenam, berdasarkan keyakinan bahwa Jesus Kristus telah dating untuk meletakkan dasar kerajaan Allah dan akan dating kembali untuk menyempurnakan kerajaan Allah.
BAB 9
SEJARAH
Sejarah itu apa? Sebaiknya kita membedakan dahulu antara sejarah dan ilmu sejarah. Ilmu sejarah adalah suatu penyelidikan ilmiah tentang sejarah. Oleh karena itu ahli sejarah selalu menyaring fakta-fakta, ia mengadakan suatu seleksi, ia menganggap fakta-fakta tertentu sebagai penting dan fakta-fakta lain dianggapnya kurang penting. Fakta-fakta yang penting itu digabungkannya menjadi suatu gambaran tentang sejarah. Jadiboleh dikatakan: gambaran itu sendiri adalah sejarah, atau dengan lain perkataan: ahli sejarahlah yang menciptakan sejarah,(sejarah bergantung dari ilmu sejarah).
Biasanya prasejarah dan sejarah dibedakan karena tentang prasejarah tidak ada naskah-naskah, dokumen-dokumen atau monumen-monumen, padahal sejarah mulai kalau sudah ada dokumen-dokumen atau monument-monumen. Tetapi dipandang dari sudut filosofis ( yang bertanya: apakah sejarah itu?) Prasejarah itu merupakan suatu bagian (yakni bagian pertama) dari sejarah. Boleh dikatakan: sejarah itu baru ada sejak manusia, tetapi dapat dikatakan juga: sejak manusia itu ada,ada sejarah.
Rasanya suatu peristiwa mempunyai sifat bersejarah jikalau peristiwa itu merupakan perkembangan baru. Sejarah berarti perubahan, perkembangan baru, bentuk baru. Oleh karena itu sejarah dapat didefinisikan sebagai pemberian bentuk baru kepada bahan-bahan yng sudah ada. Manusia member bentuk baru secara bebas. Sejarah ialah pemberian bentuk baru secara bebas kepada bahan-bahan yang sudah ada.  Sejarah itu mempunyai hubungan erat dengan teknik. Tetapi sejarah tidak dapat disamakan dengan teknik, ada 3 alasan, yaitu:
1.      Dalam sejarah itu kita tidak hanya menemukan pembentukan bahan-bahan mateiil. Dalam sejarah sering juga bahan-bahan rohani iberi bentuk baru. Misal cita-cita nasionalisme sudah lama ada di tengah-tengah bangsa Indonesia. Cita-cita itu diberi bentuk baru dalam proklamasi kemerdekaan, sehingga proklamasi itu menjadi peristiwa yang bersejarah.
2.      Teknik itu merupakan salah astu modalitas diantara modalitas-modalitas lain. Tetapi sejarah itu tidak terbatas pada satu modalitas saja.
3.      Ada sejarah dari teknik. Dari alat-alat teknik yang sangat sederhana dalam masyarakat primitive sampai teknik yang sangat tinggi dalam masyarakat modern, ada suatu perkembangan suatu sejarah yang terus-menerus dan yang tentu masih akan diteruskanlagi.
Tidak ada sejarah dari sejarah, kalimat ini merupakan suatu senjatapenting dalam menghadapi suatu pandangan yang tersebar sekali, yaitu pandangan historisme, pendirinya dalah Wilhelm Dilthey. Dilthey menekankan bahwa ilmu sejarah itu mempunyai methodos tersendiri dan tidak dapat memakai methodos ilmu alam. Menurut historisme itu segala kebudayaan adalah historis belaka atau serba historis. Tidak ada norma yang tetap, tidak ada struktur yang tetap, tidak ada gejala yang tetap, semuanya tenggelam dalam arus sejarah yangb mengalir terus-menerus. Untuk mempunyai sejarah, harus ada sesuatu yang tetap, yang tumbuh (identik) dengan diri sendiri. Sejarah itu termasuk dimensi kewaktuwian. Segala peristiwa insani mempunyai segi historis. Ada juga dimensi lain, seperti misalnya dimensi modalitas dan individualitas.
Apakah ada hukum sejarah? Dilihat dari sudut ilmu filsafat boleh dikatakan : sejarahitu tidak dikuasai oleh hukum-hukum alam, karena sejarah adalah pembentukan bahan-bahan yang bebas. Apakah dalam perkembangan sejarah tidak dapat dilihat kecondongan-kecondongan (tendens-tendens, trends) yang tertentu dan memang ada tendens-tendens atau kecondongan dan itu bukan hukum alam. Apakah sejarah itu bersifat normative?Tidak sedikit ahli sejarah menjawab tidak normatif melainkan descriptif. Kata sifat itu patut dipakai mengenai ilmu sejarah. Apakah  sejarah itu dikuasai oleh norma? Jawabannya adalah ya, ada norma sejarah. Sejarah ilah pemberian bentuk baru secara bebas kepada bahan-bahan yang ada, jadi norma sejarah itu bunyinya: berikanlah bentuk baru kepada bahan-bahan yang ada, atau perkembangkanlah bahan-bahanyang ada atau berbudayalah. Norma sejarah dapat dilanggar dan sering terjadi dilanggar. Pelanggaran itu terliaht dalm dua jurusan. Norma sejarah dilanggar, jika umat manusia tidak lagi mengembangkan bahan-bahan yang ada, jika dinamika sejarah berhenti inilah gejala konservatisme yang ekstrim atau reaksi. Norma sejarah juga dilanggar, jika umat manusia mau memberi bentuk baru kepada bahan-bahan yang belum ada. Inilah gejala revolusi yang ekstrim yang berjalan dengan terlalu cepat. Orang yang mengerti tuntutan sejarah ialah orang yang menghindari reaksi dan revolusi yang ekstrim. Orang yang semacam itu boleh dipuji sebagai tokoh sejarah.
Perlu diperhatikan tentang tendens-tendens yang terdapat dalam sejarah. Tendens yang pertama adalah berhubungan dengan hakekat sejarah sebagai pemberian bentuk baru kepada bahan-bahan yang sudah ada. Ini berarti bahwa dalam sejarah selalu ada dua faktor, yaitu faktor bahan-bahan yang lama dan faktor pembaharuan bahan-bahan itu. Berhubung dengan itu dalam sejarah selalu ada pergumulan antara tradisi dan progressi. Hanyalah, kalau tradisi itu dipertahankan dengan mati-matian, karena dimutlakkan, bahkan didewa-dewakan, maka timbul konservatisme ekstrim yang melanggar norma sejarah. Dua faktor itu, tradisi dan progressi atau konservatisme dan revolusi selalu bergumul satu dengan yang lain.
Tendens yang kedua diberi nama: integrasi dan diferensiasi, dalam sejarah bertemulah masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain dan kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Sebagai akibat dari pertemuan itu terjadilah suatu integrasi. Dalam masyarakat prlmitif integrasi masih sedikit sekali. Dalam masyarakat modern, integrasi itu makin lama makin menghebat. Dalam masyarakat primitife belum ada pembagian kerja. Semua anggota masyarakat masih pandai pada segala lapangan hidup. Tetapi kemudian timbul proses differensiasi, terjadilah pembagian kerja, terjadilah ahli-ahli tertentu. Bahkan dalam masyarakat zaman sekarang keahlian atau spesialisme itu belum cukup. Timbullah gejala superspesialisme.
Proses differensiasi dapat disinyalir dalam hubungan lain, yaitu terjadinya ikatan-ikatan kemasyarakatan yang tersendiri-sendiri. Tetapi dalam perkembangan sejarah kemudian ikatan-ikatan kemasyarakatan itu tercerai-berai. Negara mempunyai organisasi dan fungsi sendiri, begitu juga keluarga, perusahaan, gereja dan sebagainya.
Apakah makna sejarah? Jelaslah bahwa peertanyaan itu berhubungan erat dengan pertanyaan yang pokok: Apa dan siapa manusia? Pandangan seorang filsuf tentang manusia, demikianlah pandangannya tentang makna sejarah. Cukup jelas bahwa ilmu sejarah pada dirinya tidak mampu untuk menentukan makna sejarah. Ilmu itu menyelidiki peristiwa-peristiwa yang penting, menentukan hubungan sebab akibat antara peristiwa-peristiwa itu, membentuk suatu gambaran mengenai peristiwa-peristiwa itu, tetapi ilmu sejarah tidak kompeten untuk menentukan maknanya dan tujuannya.
Pandangan Kristen boleh dirumuskan bahwa asla sejarah ialah dari Tuhan Allah yang menciptakan manusia yang menyejarah itu. Dalam jalan sejarah Tuhan menyertai dan membimbing manusia dengan firmannya. Pusat sejarah ialah Jesus Kristus karena didalam Jesus Kristus Tuhan Allah sendiri masuk ke dalam dunia ini dan menjadi sejarah dengan kita manusia. Dan tujuan sejarah ialah pelaksanaan kerajaan Allah, yang alsnya sudah diletakkan dalam kedatangan Jesusu Kristus yang pertama kalinya, yang sedang diperjuangkan oleh orang Kristen dengan kekuatan Roh Tuhan yang disempurnakan dalam kedatangan Jesus Kristus yang kedua kalinya.
BAB 10
MANUSIA
Apa dan siapa manusia? Ini berarti bahwa pandangan seorang filsuf tentang hakekat manusia bergantung dari keyakinannya. Dan keyakinan tentang hakekat manusia itu adalah selalu brhubungan dengan keyakinan tentang Allah serta keyakinan tentang hakekat kenyataan. Ilmu filsafat kemudian berusaha untuk memahami manusia sebagai keseluruhan, serta mengetahui tempat manusia di tengah-tengah kenyataan seluruhnya. Dengan menyelami perbedaan antara manusia dan binatang tempat manusia di tengah-tengah kenyataan akan menjadi jelas. Perbedaan pertama antara manusia dan binatang terletak dalam kejasmanian manusia. Yang menarik perhatian ialah bahwa manusia itu seakan-akan kalah dengan binatang jika dilihat dari segi biologis. Binatang itu mempunyai anggota badan yang menjadi alat yang kuat untuk mempertahankan hidupnya. Sekiranya manusia itu tidak punya akal dan tidak pandai mempergunakan alat-alat, pastilah manusia tidak dapat mempertahankan di tengah-tengah alam.
Dalam menghadapi suatu lingkungan (Umwelt) binatang dikemudikan oleh nalurinya. Naluri itu ada dua macam. Pertama ada naluri intern, ada nafsu, yaitu terutama nafsu makan, nafsu kelamin dan nafsu membela hidup. Disamping itu ada naluri extern, yaitu reaksi-reaksi yang bersifat naluri (instinktif) terhadap perangsang-perangsang extern tertentu. Tetapi manusia berbeda sekali. Manusia itu tidak terikat kepada Umwelt tertentu. Artinya manusia itu bersifat terbuka. Karena sifatnya yang terbuka itu, dan karenakemampuannya untuk memakai alat-alat, manusia dapat hidup dimana-mana, kaena sifatterbuka itu kekalahan manusia menjadi keunggulannya. Disini juga manusia itu bersifat terbuka, yakni terbuka untuk segala macam perangsang yang merangsang inderanya. Kemampuan itu memang menuntut suatu latihan, suatu disiplin, yaitu latihan dalam menyeleksi kesan-kesan yang terpenting diantara samudra kesan-kesan yang membanjiri manusia itu.
Perbedaan kedua terletak dalam peranan manusia sebagai subjek. Manusia itu berfikir, berteknik, berbahasa, bergaul, berekonomi, berhukum, berkesenian, berkasih dan sebagainya. Manusia tidak hanya takluk kepada hokum-hukum alam, melainkan juga kepada norma-norma yang dapat dilanggarnya. Dunia adalah penuh dengan kemungkinan, tetapi manusialah yang melaksanakan kemungkinan itu. Dan pelaksanaan itu terjadi dalam sejarah. Manusia disebut sebagai pusat kenyataan. Dunia diluar manusia itu seakan-akan menunggu keaktifan manusia untuk dikembangkan, dunia adalah dunia untuk manusia. Dilain pihak manusia itu terpanggil untuk mengembangkan dunia, manusia adalah manusia didalam dunia. Pada abad ke XX ini terutama filsafat existensilah yang menekankan segi ini dari tempat manusia dalam dunia. Antara lain segi ini perlu diperhatikan dalam gnoseologi atau teori pengetahuan.Kant mengajar bahwa isi pengetahuan berasal dari empiri, tetapi bentuknya dari akal asalnya semuanya mengandaikan adanya jarak itu. Kalau kita menerima bahwa dunia adalah dunia untuk manusia dan manusia adalah manusia didalam dunia, maka manusia termasuk akalnya adalah terjalin dengan dunia. Dunia dapat objek dari pengetahuan manusia, maka dalam pengetahuannya manusia melaksanakan kemungkinan itu, sehingga dunia sungguh-sungguh menjadi objek atas lapangan pengetahuan itu.
Perbedaan ketiga antara manusia dan binatang ialah bahwa manusia mempunyai keinsafan atau kesadaran. Manusia itu bertindak, berfikir, berkehendak, berperasaan, tetapi kecuali itu manusia tahu bahwa ia bertindak, berfikir dan selanjutnya, ia insaf tentang segala keaktifannya. Dalam manusia itu terdapatlah suatu dualitas, yang rupa-rupannya tidak ada pada binatang. Menurut Plato (427-347 BC). Dualitas yang disebut diatas itu yaitu dualism antara jiwa dan badan. Jiwa dan badan dianggap dua substansi (dua hal yang berdii sendiri). Pandangan Plato itu dapat digambarkan dengan sederhana seperti berikut:
Jiwa
Badan

Aristoteles (384-322) menolak dualism ajaran Plato. Menurut Aristoteles manusia itu adalah suatu kesatuan dengan dua factor (bukan dua substansi atauduahal yang berdiri sendiri). Pandangan Aristoteles dapat digambarkan seperti berikut :

  Jiwa
badan
 



Pandangan Plato dan Aristoteles berpengaruh lama dan jauh sekali. Pada abad ke XX Platoisme dan Aristoteles mulai dilepaskan. Disatu pihak pandangan marxisme berpengaruh luas. Menurut marxisme tidak ada jiwa, hanya ada badan, karena hanya meterilah yang nyata. Hidup kejiwaan adalah sebenarnya suatu produk dari materi yang paling tinggi organisasinya. Dalam pandangan filsafat existensi tentang manusia atau jiwa-badan itu tidak satu, misalnya Van Peursen, Badan-Jiwa-Roh. Menurut pemikiran Gabriel Marcel (1889), dia menarik kesimpulan bahwa manusia itu adalah suatu berada jasmani, suatu aku, yang menjelma (berinkarnasi) dalam badan.
Hal pertama yang menarik perhatian ialah bahwa kitab suci biasanya menggambarkan manusia itu sebagai suatu kesatuan. Kata daging (Perjanjian Lama: besar, Perjanjian Baru: sarx) biasanya dipakai untuk menggambarkan seluruh manusia sebagai makhluk yang fana, yang lemah, dalam surat-surat rasul Paulus kata itu sering berarti: manusia sebagai makhluk yang berdosa. Kata jiwa (Perjanjian Lama: nefesj, Perjanjian Baru: psyhe), sering menunjukkan seluruh manusia itu sebagai makhluk yang hidup, yang bernafas. Dalam pemakaian kata-kata itu tidak kelihatan suatu dualisme antara jiwa dan badan, bahkan suatu dualisme sering juga tidak tampak. Kitab suci mengakui juga suatu dualitas dalam manusia dengan membedakan inti dan lingkaran.  Belum cukup jika  kita hanya melihat perbedaannya dengan binatang dalam kejasmaniannya dan dalam peranannya sebagai subjek atas segala macam modalitas.Dibelakang kejasmaniannya serta segala keaktifannya sebagai manusia dalam dunia terdapat apa yang disebut hati manusia.

Pemakaian kejasmanian itu dalam arti yang lebih luas, yaitu meliputi seluruh penampakan atau seluruh keaktifannya manusia Dallam dunia ini, meliputi seluruh susunannya dengan segala fungsinya dalam segala modalitas. Kalau aku manusia itu kita beri nama pusat, maka kejasmanian dalam arti yang luas itu dapat kita beri nama lingkarannya sehingga gambaran tentang manusia menjadi seperti berikut :
Kejasmanian adalah expresi dari egonya. Tetapi dilain pihak manusia itu tidak identik dengan kejasmaniannya. Dibelakang lingkaran itu terletak pusatnya. Manusia mempunyai keinsafan. Dengan lain perkataan: manusia insaf akan sejarah. Manusia memikirkan hari depannya secara bebas dan hari depan itu tidak hanya dipikirkan, melainkan selalu dipersiapkan manusia selalu sibuk untuk zaman yang akan datang. Akhirnya keinsafan tentang waktu itu berarti bahwa manusia insaf akan kefanaannya.
Perbedaan yang keempat bahwa manusia itu segambar dengan Allah. Manusia dikasihi Allah dan dipanggil untuk mengasihi Allah kembali. Ini berarti bahwa manusia itu tidak hanya terbuka untuk dunia, tetapi manusia juga terbuka keatas terbuka untuk Allah.
        
Kesegambaran manusia dengan Allah kemudian berarti bahwa manusia dipanggil untuk mengasihi sesama manusia. Manusia sejati ialah manusia yang mengasihi sesama manusia disamping mengasihi Allah.
                                                                                                     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar