TUGAS
KAJIAN ETIKA DAN MORAL JAWA
Disusun
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Etika dan Moral Jawa
Semester
I Tahun Ajaran 2011/2012
Dosen Pengampu : Pak Sunardi
Kelompok 1
PROGAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS
KEPENDIDKAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS
KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2011
UNGKAPAN
JAWA/ PITUTUR
SEDUMUK BATHUK
SANYARI BUMI
A.
Latar
belakang Ungkapan
Sedumuk
bathuk sanyari bumi
Lebarnya
dahi yang dipegang dan sanyari bumi tidak boleh diganggu
Dalam dua
perkara yang besar, yaitu karena persoalan wanita (istrinya) dan sejengkal
tanah tempat tinggalnya, apabila
mendapatkan gangguan dapat menjadi perkara yang besar kadang-kadang sampai
saling membunuh).
Ajaran ini
sebenarnya merupakan ajaran patriotism dan kesetiaan yang mutlak. Karena dalam
dua hal yaitu wanita (lebih-lebih yang sudah menjadi istrinya) atau dalam hal
tanah tempat tinggal, lebih-lebih tanah air, bila tersinggung kehormatannya
atau kehormatannya terlanggar, dapat dipertaruhkan nyawanya.
Ungkapan
tradisional ini kalau dikembangkan akan lebih tepat adalah bagi para generasi
muda yang menurut sinyalemen sementara rasa patriotismenya telah luntur
atau rasa kebangsaannya kurang tebal.
B.
Makna
dan Tujuan
Ungkapan ini
dalam tata kehidupan dapat memiliki dua arti pokok, yaitu arti sempit dan arti
luas. Arti sempit ungkapan ini merupakan ajaran yang sifatnya sangt pribadi.
Misalnya apabila seseorang tersinggung kehormatan keluarganya ia memakai
semboyan : ”Sadumuk bathuk sanyari bumi”. Dan dengan dalih ungkapan ini,
seseorang dapat membela kehormatan keluarganya karena merasa dilanggar oleh
seseorang walaupun harus sampai mempertaruhkan nyawanya.
Sedangkan arti yang luas, adalah ajaran patriotism,
ajaran untuk cinta pada kewajiban dan tanah airnya. Jadi secara luas ajaran ini
dapat dijarikan motivasi mendorong rasa kebangsaan suatu generasi muda Negara
kita agar mereka tergugah dengan hadirnya ungkapan tersebut di atas. Misalnya
apabila negara diserang musuh, maka sang Pemimpin dapat mengobarkan semangat
kebangsaan kita dengan ungkapan ‘Sadumuk bathuk sanyari bumi”, agar semangat
generasi muda yang tersinggung rasa patriotismenya bangkit tegak untuk mengusir
si angkara.
C.
Harapan
Dengan demikian
hikmah yang perlu diambil dan sari yang perlu dipetik dari ajaran ini adalah
mempertebal rasa kebangsaan dan berbudi pekerti luhur, oleh sebab itu ajaran
ini harus terus dibina dan dikembangkan di kalangan generasi muda agar mereka
tidak kehilangan harga dirinya.
ANA DINA ANA UPA
A.
Latar
belakang Ungkapan
Ana
dina ana upa
Ada hari ada nasi
Setiap hari tersedia rejeki
Bahwa rejeki bagi seseorang
senantiasa akan ada, selama hari ada
Ungkapan
tradisional ini mengajarkan kepada kita tentang suatu pendirian dan kepercayaan
yang cukup tangguh. Secara religius ajaran ini adalah baik, arena menyangkut
kepercayaan dan iman bahwa Tuhan adalah Maha Pengasih dan Penyayang. Artinya
selama Tuhan masih menciptakan hari, Tuhan pasti akan menciptakan rejeki untuk
hidup kita sehari-hari. Jadi menurut keyakinan ini, rejeki senantiasa akan
datang selama kita yakin akan ungkapan ini.
B.
Makna
dan Tujuan
Dalam tata
kehidupan idea vital yang terkandung dalam ungkapan ini adalah ajaran tentang
kepercayaan kepada Karunia Tuhan, yang senantiasa memberikan rejeki kepada kita. Namun dalam kehidupan
modern lebih-lebih di masa pembangunan sekarang ini, ungkapan tradisional ini
kalau salah dalam mengartikan, maka akan menciptakan generasi yang malas. Sebab
apa, sebab semboyan “ Ada dina ana upa” bila diartikan secara lahiriah saja,
maka walaupun kita tidak bekerja, asal ada hari pasti Tuhan memberi rejeki.
Kepercayaan ini cukup tidak bijaksana kalau tidak boleh dikatakan salah. Dalam
ungkapan “ Ana dina ana Upa” seebenarnya justru mendorong kita bekerja keras.
Artinya karena”upa” atau nasi atau rejeki, bukan akan datang dengan sendirinya,
tetapi ia akan datang apabila kita berusaha dengan kerja keras selama hari
masih bersinar.
C.
Harapan
Disinilah
pentinglah ungkapan ini, artinya mengajarkan agar kita bekerja keras selama
hari-hari kita masih panjang atau kita masih muda, karena tiap hari memiliki
nasi. Tetapi sebaliknya kalau kita malas, kita tentu tidak akan memperoleh
rejeki sesuai dengan harapan kita.
NASIHAT
YANG TERSELUBUNG
MBUANG PITEK NING KALI SING DILEWATI NGANTEN
A.
Artinya
Membuang
ayam di sungai ketika mengiring pengantin
Dalam ungkapan tersebut ada dua makna yang
terkandung pertama untuk keselamatan,
kedua untuk berbagi rezeki karena suangai sebagai sumber kehidupan.
B.
Harapan
Dalam ungkapan ini mengajarkan kita agar setiap
orang dapat berbagi rezeki kepada sesama sehingga dalam kehidupan kita bisa
mendapat berkah dari apa yang kita berikan terhadap orang lain. Istilahnya apa
yang kita tanam itulah yang kita tuai, maka bagi manusia yang hidup bersosial
dianjurkan untuk hidup saling berbagi dengan sesama.
YEN
BAR NYUNDHUKI KEMBANG KANGGO WONG MATI SUNDHUKO DOM BENANG
A.
Artinya
Apabila
kita merangkai bunga untuk orang mati maka ambillah jarumnya untuk diri sendiri
Dalam
ungkapan tradisional tersebut memiliki dua makna, yang pertama agar tidak
melukai orang lain, kedua untuk digunakan sebagai tolak balak (terhindar dari
bahaya).
B.
Harapan
Dalam ungkapan tradisional ini menjelaskan bahwa
kepercayaan akan masayarakat terhadap hal-hal yang berbau mistis membuat
sebagian besar masyarakat ingin memiliki penangkalnya agar apa bila ada masalah
atau kejadian yang tidak diinginkan sudah memiliki penangkalnya atau tolak
balak. Selain itu kepercayaan masyarkat terhadap hal-hal yang mitos semakin
membuat masyarakat ingin memiliki penangkal agar dalam melakukan sesuatu hal
tidak akan terjadi apa-apa terhadap dirinya.
TATA
LAKU JAWA
DABLEK
A.
Latar
Belakang
Ungkapan
ini menandakan bahwa seseorang berbuat sesuatu pasti ada alasannya, seperti
kurangnya perhatian terhadap orang tua atau orang-orang yang ada di sekitarnya
membuat pola perilaku yang menyimpang guna memperoleh perhatian bagi
orang-orang yang ada di sekelilingnya. Selain itu pola didik yang salah juga dapat
membuat seseorang anak cenderung membuat keputusan sendiri tanpa menghiraukan
orang lain.
B. Makna
Dalam ungkapan ini memiliki dua makna, yang pertama
tidak ambil pusing meskipun dimaki-maki,
dinasihati, dan tebal telinga, dan yang kedua tidak tahu malu atau tebal muka.
Ungkapan tersebut merupakan tindakan yang
mengajarkan suatu perilaku yang tidak baik, karena tindakan tersebut membuat
orang merasa tidak dihiraukan atau tidak dihargai. Maka akan membuat orang
merasa jengkel dan tidak akan memperdulikan lagi apa yang telah diperbuatnya.
KOLOT
A. Latar Belakang
Ungkapan tersebut pada dasarnya identik dengan suatu
sikap atau anggapan yang dianggap benar oleh seseorang. Hal ini berdasarkan
pada pengalaman dan pengamatan lingkungan hidupnya dalam kehidupannya. Kemudian
diterapkan dalam kehidupan keseharian guna terhindar dari masalah. Misalnya: anggapan
seorang Bapak terhadap seorang anak
perempuannay yang tidak perlu
sekolah tinggi-tinggi karena pada dasarnya juga akan menjadi seoarang ibu dan
orang rumahan untuk menjaga anak dan mengurus suami.
B. Makna
Ungakapan
tersebut bersiafat tidak
modern, kuno,dan tua.
Ungkapan
tersebut mengungkapkan suatu sifat yang kuno dan kekeh terhadap apa yang
dipahaminya sehingga apa pun yang dikatakan oleh orang lain tidak akan pernah
bisa mempengaruhi pola pemikirannya. Pemahaman yang kuat akan persepsinya
sendiri tanpa menghiraukan orang lain akan merugikan baik dirinya sendiri atau
pun orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar